Malang – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membawa terobosan baru dalam dunia pendidikan inklusi. Melalui program ScrapSculpt Metode Mnemonik Berbahan Plastik, mereka menghadirkan media pembelajaran kreatif untuk membantu Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) mengatasi kesulitan membedakan huruf (distingsi huruf) di SD Muhammadiyah 9 Malang.
Program ini lahir dari kurangnya kemampuan distingsi huruf yang dialami oleh siswa ABK. Tantangan utama mereka adalah membedakan huruf mirip, seperti b-d, p-q, atau m-n, yang kerap menghambat proses membaca dan menulis.
“Selama ini metode hafalan kurang efektif. Kami ingin menghadirkan pembelajaran yang lebih bermakna dengan media tahan lama, ramah lingkungan, dan bisa dipakai berulang,” jelas Nadia Aurellia Rahmadani, ketua tim PKM-PM.
Melalui ScrapSculpt, plastik disulap menjadi huruf-huruf bertekstur unik yang mudah dikenali. Teknik mnemonik digunakan agar anak lebih cepat mengingat dan membedakan bentuk huruf. Pendekatan ini sekaligus sejalan dengan program Adiwiyata, yakni pembiasaan peduli lingkungan di sekolah.
Selain berdampak pada siswa, program ini juga memberi manfaat bagi guru. Para Guru Pendamping Khusus (GPK)dan shadow teacher mendapat pengalaman baru dalam menggunakan media pembelajaran inovatif, sementara sekolah bisa menekan biaya karena media tahan lama dan berbasis daur ulang.
“Harapan kami, ScrapSculpt bukan hanya meningkatkan kemampuan literasi anak, tapi juga menumbuhkan rasa percaya diri ABK dalam berkomunikasi dan berinteraksi,” tambah Nadia.
Program ini juga mendukung tema pembangunan nasional, yaitu penguatan kesetaraan gender dan perlindungan hak-hak anak serta penyandang disabilitas. Dengan kolaborasi mahasiswa, guru, orang tua, dan masyarakat, ScrapSculpt diharapkan menjadi inspirasi untuk pendidikan inklusi yang kreatif, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Penyusun: Nadia Aurellia, Mahasiswa PGSD UMM
